20 May 2008

Rampas

tak lain hanya dukacita tatkala pintu rumah kami disita
kalian masuk tanpa salam
datang mengepung halus menerjah mimpi-mimpi kami

siapakah pemula membiasakan keadaan
mendustai mangsa?
Bertandanglah perampas itu dari seberang
berbasa basi, menikam para hulubalang negeri
menjual janji dan bernyanyi
hingga tak ada kata lagi bicara kami
habis dibawa lari

penggempur melumpuhkan lawan bagai monyet-monyet
bergayutan di pepohonan adalah perampas yang waras
bijaksana menyuntik kedegilan, patuh,
kami mengenal hampa
luka lara yang tak mungkin dibicara
kalian rampas kepunyaan dan kebenaran
kalian rampas emas kepercayaan
menuang wang di setiap pintu rumah
menjadikan kami boneka bermain mimpi
di hujung telunjuk, mudah aja angguk jujur
memenangi ketika kami mudah jatuh menggelepur

rampaslah kepunyaan kami, bunga-bunga yang belum gugur
atau yang telah gugur, kau rampas apa jua
projek berjuta, bukit bukau kau rampas
lembah purba kau rampas, laut selut kau rampas
hati kami, kekasih kami, jiwa kami kau rampas!

ketika kembali kau tinggalkan hampanya
ketika kembali kau pulangkan hanya mimpi-mimpinya
ketika kembali kau tak peduli
merampas impian kami
yang bertunas emas.


Kota Kinabalu,
1999.