18 May 2008

Meriuh Taman

Ketika berpulang gampang mengembalikan
lelahmu, selebihnya membuka mata
ke lereng bingung, meneguk sedikit harap
tapi masih kata-kata juga menenggelamkan
pautan piatu rindu

memang biasanya lirih gunung tak lepas
menangkap bayu, nyali napas tersangkut
antara lidah dan pelupuk mata
waktu bingkas tergelut getar dosa
menunggu sesiapa jua yang menagih dusta

bukan demikian pinta yang masih disembunyikan
dalam pautan pura-pura atau serbasalah
mencari pilihan di pipimu sentuhan siapa
kalbu dihijabkan tanda kehidupan
mendamba sempurna tak memungkinkan

ditangkapnya napas mimpi tapi masih datang
kenangan, dekatkan hangat ledakan cinta
tapi hanya rindu yang larut sambil
ada yang menunggu di pintu
membawa ribuan rindu yang sarat
dalam napas yang sendat

riuhlah taman
tetesan embun menyeka haus
tapi bukan malam yang kelam
atau sunyi yang senyap
masih tak sesiapa lagi memerlu tahu
lafaz taklik masih di tangan
meski masih enggan meletakkan seluruh
jasad dan rohani dalam dakapan

riuhlah setiap malammu
kecuali mendekati lebih dekat
yang menjanjikan maaf
aman yang tenang
menebar cahaya gemilang berpanjangan.

Kota Kinabalu.
6 Jun 2002.