18 May 2008

Pastoral Mantanani

Tuan lukislah pastoral derita kami
dengan akal dan akar cahaya mencekalkan anak-anak dalam ilmu membekalkan amanat hingga waktu berdiri nanti tak lagi memandang sekadar cakerawala mimpi-mimpi kami kenal bahasa laut pasir pantai di sini dicumbui suci tapi dalam fikiran siapakah harus ditanam angin utara yang memburam seluruh deria menunggu berlabuh pilu tuan tak perlu berkayuh meniti ke sini bersahabatlah dengan gelombang atau angin yang bersuara
sering disambut anak-anak kecil atau para pria berkumpul di pinggir pantai
mencipta bom-bom ikanmenyara kepulan kehidupan di tengah lautan
jika nanti kau masih melihat orang-orang cacat di sini
fahamilah bahasa yang memberi pedoman
hari-hari mendatang milik mereka
buka matamu melihat di antara rumah-rumah mewah dan pondok-pondok seadanya
diaromakan bau laut hening antara tanda-tanda nesan malah hutan kecil di tanjung memberi sarang kesenangan
dimiliki turunan yang tidak berkesudahan; calet di pinggir yang hanya diriuhi pelancong anak-anak yang tekun ke sekolah sarat menggedong bukusambil yang buta bermain pasir atau kereta kawalan jauh anak-anak gadis ke kota dan pulang menyambut jodoh yang menanti

lapangkan senjang waktu-waktumu selain golf di kota
saujana kasih memunggah derita keluh kesah ibu-ibu yang sarat bersalin di tengah pesta ombak tuan, ke marilah kerana waktu telah tiba menunai kebaikan sebelum duduk di atas singgahsana di mercu sambil kami berpesta bersama burung camardan anak-anak ikan yang galak di pantai.


Pulau Mantanai,
Kota Belud.5-6 Januari 2003.